SEKILAS INFO
  • 5 tahun yang lalu / Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,….
  • 5 tahun yang lalu / Web resmi Salam Group
  • 5 tahun yang lalu / Versi baru WP Masjid segera rilis dengan perubahan tampilan yang cukup signifikan
WAKTU :

Online Class PAI RSSM: Dampingi anak membuat petahidupnya

Terbit 12 Mei 2020 | Oleh : admin | Kategori : Berita / Reportase
Online Class PAI RSSM: Dampingi anak membuat petahidupnya

Alhamdulillah Online Class PAI RSSM:: Seri Parenting dengan Tema mendampingi anak menyusun peta kehidupannya telah terlaksana pada Kamis, 7 mei 2020 kemarin, Start on 20.00 sampai dengan 21.30 WIB dengan narasumber Ustadz Isnan Hidayat,S.Psi founder petakehidupan.ID

Tema ini mungkin terasa asing,  padahal ini adalah tema yang penting bagi orang tua yang memiliki anak di Usia 9-10 th apalagi yang sudah memasuki sekolah menengah pertama bahkan menengah atas.

Mengapa starting pointnya diusia 9-10 th? Karena deadline penulisan peta kehidupan adalah sekitar 15th artinya di usia tersebut outputnya, atau salah satu kesuksesan pengasuhan anak di usia 15th itu ialah dia sudah memiliki peta kehidupan yang matang dan mantap. Sehingga jika saat itu sudah clear, maka penyusunannya jauh sebelum usia tersebut. Rekomendasi kami adalah saat kelas 5 SD proses itu dimulai.

Deadline usia 15th tersebut sebetulnya juga selaras dengan literature Islam, dimana memasuki usia 15th ini anak kita memiliki dua criteria yaitu mumayyiz (siap dan mampu membedakan hal-hal yang baik dan yang buruk)  dan mukalaf (dia sudah siap untuk diberikan taklif/pembebanan dalam hal syariah) hal ini terjadi dipenghujung masa akil baligh dimana dalan rentang waktu 12-13th bahkan penelitian terbaru untuk perempuan diusia 10- 11th

Peta kehidupan ini menjadi penting karena terkadang  kematangan seksual anak tidak sejalan dengan kematangan kepribadian,emosional, social dan  spiritual. Ini adalah ironi. Salah satu parameternya ketika ditanya apasih cita-citanya?proposal kehidupannya seperti apa? Coba kita cek, bahkan mungkin kebanyakan anak di tahun pertama kuliah pun belum bisa menjawabnya. Bisa dibayang kan rentang usia 10-18 th itu seorang anak tidak diisi/diasuh dengan baik. Padahal dalam literasi Islam usia 18-19th  tersebut seorang anak sudah harus memikul tanggung jawab, seperti Usamah bin Zaid sudah menjadi panglima perang di era khalifah Abu bakar ra. Muhammad al Fatih memimpin pasukan untuk penaklukan konstantinopel. Begitulah Rasulullah SAW menyiapkan generasi penerusnya.

Apa sih sebenernya peta kehidupan?dari sisi psikologisnya usia 15th memasuki rentang perkembangan remaja tengah punya tugas untuk menyatukan keping-keping kepribadian yang dia punya sehingga menjadi jati diri atau indentitas. Peta kehidupan / life mapping adalah satu buah proposal hidup yang memberikan gambaran tentang potensi diri yang di miliki ,tentang apa kemampuan yang di miliki, apa kekuatan yang di milikinya.disini perpaduan antara Tallent mapping dan roadmap hidupnya.

Sehingga setelah dia tahu apa yang dia miliki, kemudian apa yang dia rancang untuk menjalani hidupnya, dan kemudian mengetahui apa saja kebutuhan masyarakat/lingkungan /bangsa dimana dia bisa mengambil peran disitu. Artinya disini peta kehidupan tidak hanya bicara minat bakat, kemudian pengembangan diri, dan karir seseorang, tetapi sampai pada kebutuhan sosial. Sehingga dia bermanfaat untuk diri sendiri, karir dan bermafaat bagi masyarakat.

Mendampingi anak menyusun peta kehidupannya , haruslah  memiliki prinsip-prinsip sbb:

  1. Prinsip tumbuh kembang, bertahap, by proses di awali perbincangan ringan bersama anak. Apasih cita-citanya? Temukan bakatnya dari aktivitas yang diikutinya. Suatu proses menelisik itu butuh waktu, dan ilmu titen.
  2. Prinsip minat bakat, kita harus meneliti apasih bakat yang Allah SWT titipkan kepada anak kita. Kita harus yakin setiap anak yang terlahir itu memiliki maksud dan tujuannya, maka pasti Allah sudah memberikan bekal buat dia. Bekal inilah yang harus kita temukan, kita telisik.
  3. Prinsip keunikan, bahwa anak selalu memiliki sisi unik yang berbeda antara satu dengan yang lain. Jadi tidak bisa dibandingkan dengan orang lain, tetapi membandingkannya dengan dirinya dimasa lalunya, dulu begini sekarang begitu. Kita harus sabar, telaten, dan optimis setiap anak punya kelebihan dicari dari sisi akademik, fisik, seni, dll
  4. Prinsip peran orang tua, perlu adanya pergeseran peran orangtua menyesuaikan dengan tumbuh kembang anak. Jangan dengan style yang sama, fase awal 0-2th adalah menjaga dan proteksi, 2-6th menstimulasi pembelajaran, 6th keatas fokus ke pendidikan anak, adab dll. Dan memasuki usia 13th maka ada tiga peran sekaligus yaitu peran sebagai trainer( mengupgrade anak memiliki skill-skill tertentu spt public speaking dll), sebagai coach ( memastikan anak memiliki ego, greget untuk meraih sesuatu yang sifatnya pribadi, tidak sekedar menyuruh. Tetapi lebih menjadi teman diskusi dalam rangka menyusun roadmap hidupnya tadi)sebagai mentor ( sharing pengalaman, tempat bertanya, menjadikan anak sebagai orang dewasa )

Memasuki sesi tanya jawab:

Pertanyaan pertama ,bagaimana Menggali informasi dari anak? Proses menggali ini akan menjadi aktivitas penting, maka dibagi menjadi dua:

  1. saat dibawah 10th bisa dilakukan dengan terapi bermain ( disaat bermain mobil-mobilan, boneka dll, ada sebuah drama, pembicaraan yang asyik, menangkap kode/sinyal dari anak, terkadang ketika sedang bermain maka muncul informasi-informasi yang bisa kita dapat) bisa juga dengan dongeng ( memberi pengetahuan melalui cerita-cerita fabel/siroh dari situ juga akan muncul pembicaraan, feedback yang asyik untuk digali )
  2. dan diatas 10th , diperlukan skill active listening, aktif mendengarkan. Agar tidak ada gap dalam berbicara, sehingga ada komunikasi setara. Masalah adab/ penghormatan sudah selesai di tahap sebelumnya. Saatnya hindari interogasi, karena terkesan sebagai tersangka. Skill aktif mendengarkan memang bertahap, tidak instan, biarkan anak bercerita, merasa didengarkan pendapatnya, berlatih untuk tidak komen, tidak memenggal kata-kata ketika anak2 kita bercerita dll

Pertanyaan kedua, cara memancing anak bercerita? Orang tua  harus mempunyai skill untuk memfaraprase; yaitu menggambarkan perasaan yang dialami anak secara akurat, terus disampaikan ketika anak sedang mengalami masalah. Analogi paling gampang saat anak seusia SMP pulang sudah suntuk, masuk rumah banting pintu. Maka hal yang harus dilakukan orang tua adalah menahan diri dan kita harus punya kemampuan memparafrasekan apa yang dirasakan anak. Dengan suatu yang netral. (jangan menginterogasi atau memvonis) contohnya..  dulu klo di sekolah suntuk, panas , capek pasti pulang sekolah bawaan pingin marah juga..klo pancingannya seperti itu berhasil pasti anak akan cerita panjang. Syaratnya kita harus bisa menemukan perasaan apa yang dirasakan oleh sang anak. Awali dengan empati dengan anak, maka ia akan berempati dengan kita.

Active listening adalah skill utama seorang coach, sehingga anak merasa penting, dan diperhatikan.

Pertanyaan ketiga, macam –macam potensi anak? Secara umum ada potensi akademik, kemudian potensi interpersonal/kemampuan secara sosial, berkomunikasi dengan orang lain, mari dicek tentang public speakingnya, klo berteman luwes gak? Kemampuan naturalistic,  ketika berinteraksi dengan alam, spt saat camping /di lapangan dia memiliki survival tinggi.

Ada juga 4 type orang yaitu type thinking suka hal hal pemikiran, type influencing/ suka berbicara dan mempengaruhi orang lain , type striving/ type pejuang yang fokus aksi, bekerja, dan keempat adalah type feeling, menggunakan perasaan, lembut, sangant peka, peduli , empati dll jadi jangan terjebak pada nilai akademik anak.

Clossing statement dari Ustadz Isnan Hidayat,S.Psi:

1.Mulai hari ini harus mengoptimalkan peran trainer, siap upgrade diri, coach- active listening dan mentor/ sharing pengalaman

2.Orang tua harus jadi figure yang optimis, bahwa anak punya keunikan, dan minat bakat untuk kesuksesan

3.Outputnya saat masuk kelas 1 sma, ada sebuah diskusi antara anak dan orangtua. Anak presentasi setelah ini mau apa, pingin apa, cara kedepan gimana? butuhmu apa, apa yang harus ortu siapkan.seperti bikin proposal dan dipresentasikan ke ortu, kemudian ortu memberi feedback. Sehingga kedepan anak melangkah itu harus sudah dapat restu orang tua buah dari kesepakatan bersama orangtua dan anak.

Demikian reportase kegiatan yang diprakarsai oleh Sie Dakwah PAI RSSM,Sarat akan ilmu baru bagi kita para orang tua.

SebelumnyaGalang Sedekah berjamaah, Berbagi dengan Anak yatim SesudahnyaDo'a bersama jelang 10 hari terakhir Ramadhan

Berita Lainnya

0 Komentar